Belajar Bukan Dengan Siapa dan Bukan Dimana

Oleh: Merdana S. Ora
Mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Persatuan Guru 1945 NTT









Hidup adalah pilihan.
Sebelum memilih dan memutuskan tentu ada cara pandang dan pola pikir dari berbagai sisi untuk mendapat keputusan dari apa yang telah menjadi pilihan.
Pilihan itu timbul bukan hanya dari diri sendiri tapi terkadang timbul pula dari orang-orang di sekitar kita.
Terbukti ketika kita hendak mengikuti pendidikan baik itu di tingkat SD, SMP, SMA bahkan perguruan tinggi tentu kita mulai membangun pola pikir untuk nantinya dengan siapa kita belajar, seperti apa gedung yang akan di pakai dan bagaimana cara beradaptasi dengan lingkungan sekitar. 

Dari cara pandang dan pola pikir tersebut kita akan mulai menilai para guru yang sampai gedung yang di pakai.
Dari hal tersebut tentu orang-orang di sekitar kita pun tidak tinggal diam tapi memberi banyak masukan dan komentar pula untuk kita pertimbangkan sebelum memutuskan. Biasa kata-kata yang muncul untuk memilih siapa dia dan di mana adalah "jangan daftar di situ karena itu sekolah atau kampus dia sonde Berprestasi di situ guru-guru atau dosen mengajar sonde betul lain-lain.
Ada juga yang mengatakan daftar sa di ini sekolah atau kampus dia terlalu bermutu bahkan guru-guru dan dosen begini dan begitu". Semakin banyak masukan pasti semakin banyak hal positif dan negatif entah itu fakta atau opini akan makin terbaca dan membuat kita untuk membeda-bedakan tempat serta orang-orang yang sebenarnya menjadi perpanjangan tangan Pencipta bagi kita sebagai pahlawan tanpa jasa. Itulah proses kehidupan yang tidak bisa disangkali.

Memilih dan membedakan itu juga hal penting tapi harus tepat pada sasaran. Bagaimana seseorang bisa menjadi pandai?
Apakah dengan siapa ataukah di mana?
Tentunya saya mau mengatakan seseorang menjadi pandai bukan karena dengan siapa ia belajar dan di mana ia belajar tapi tergantung dari pribadi mau belajar dan menerima apa yang di ajarkan atau tidak?
Kunci keberhasilan tergantung kita mau atau tidak.

Disaat kita katakan gedung ini bermutu guru-guru serta dosen sangat profesional tapi diri kita sendiri tidak mau untuk menerima dan belajar pun semua tidak akan terwujud. Saat kita memasuki ruang belajar dan kita hanya berprinsip menilai dan membedakan guru atau dosen,duduk,diam dan pulang pun pasti tidak ada hasil. Para pengajar punya batasan waktu mengajar.  Tapi waktu selanjutnya ada dalam kendali kita.
Jangan pernah salahkan guru, dosen atau siapapun apabila apa yang di inginkan tidak terwujud.

Proses belajar pun tidak harus di kampus atau sekolah tapi semestinya belajar itu harus berlangsung di mana saja.
Belajar bukan hanya sekedar membaca atau menulis tapi harus di sertai keaktifan dari pribadi untuk tanya jawab dengan sumber-sumber pengetahuan dan mencoba untuk mengembangkan ilmu yang di dapat dalam sikap tingkah laku atau berproses dalam kata dan karya. Berhentilah untuk membanding-bandingkan para pengajar tapi mencobalah untuk menyesuaikan dan memberi diri untuk melihat,mendengar dan melakukan ilmu-ilmu positif yang di bagikan.

Ubahlah cara pandang dan pola pikir kita bahwa sukses atau tidak tergantung pribadi kita. Cerdas atau pandai, kalah atau menang bukan tergantung pada siapa atau di mana kita belajar dan beradaptasi tapi semua tergantung kita mau belajar dan beradaptasi atau tidak.
Waktu sekarang adalah kesempatan untuk kita belajar lebih sungguh dan bersyukur atas orang-orang yang menjadi perpanjangan tangan Tuhan bagi kita di dunia pendidikan. Setiap kekurangan mereka bukanlah harus menjadi bahan yang nantinya kita ceritakan tetapi harus menjadi pelajaran yang nantinya kita rubah di masa yang akan datang.
  
Belajar seperti bunglon yang selalu menyesuaikan diri tanpa protes dan membeda-bedakan lingkungan di mana ia hidup. Jika bunglon menyesuaikan diri untuk keselamatanny maka kita harus menyesuaikan diri dengan siapa kita belajar dan di mana kita belajar tanpa harus memilih untuk bisa mendapatkan ilmu demi bekal masa depan kita. Cobalah untuk berprinsip dan menjalani semua dengan sungguh tanpa menyalahkan orang lain.

Waktu hidup semakin berputar.
Apabila kita terus bergantung pada orang lain tanpa ada kemauan untuk belajar sendiri maka kelak peyasalanlah yang akan kita temui. Belum ada kata terlambat bagi kita yang mau mencoba dan merubah pola pikir dan cara pandang dengan sesama dan lingkungan. Ayo bangkitkatkan semangat belajar dengan kata dan karya di mana saja kita berada.


Belajar Bukan Dengan Siapa dan Bukan Dimana Belajar Bukan Dengan Siapa dan Bukan Dimana Reviewed by Sahabat Penulis on March 17, 2022 Rating: 5

4 comments:

  1. Mantap, Ibu Guru! Terus kreatif menuangkan ide dalm rulisan.

    ReplyDelete
  2. Perhatikan diksi yang mengulang tanpa makna. Perhatikan pula ejaan dan tanda baca. Ananda Merdana mesti baca buku PUEBI agar tidak keliru pada prefiks, infiks dan sufiks. Ingatlah untuk menempatkan paragraf secara tepat. Pada satu paragraf, terdapat satu pokok pikiran utama.

    Mantap. Teruslah menulis agar dengannya Ananda terus belajar. Saat berhenti menulis, olah pikirmu akan stagnan, ketika memulainya lagi, akan confius hendak memulainya dari mana?

    Lihatlah sekelilingmu. Di sana ada varian hal yang dapat ditulis, namun baiknya fokus pada hal yang sedang ditekuni saat ini karena satu varian saja di dalamnya ada sejumlah hal yang dapat dibahas.

    Lanjutkan dan bersemangatlah✍️💪

    ReplyDelete
  3. Terima kasih Bapak untuk koreksi,motivasi dan ilmu yang sudah diberikan ..
    Akan diusahakan untuk bisa jdi lebih baik🙏

    ReplyDelete

Powered by Blogger.