sementara tangis tinta berderai.
Menangisi tubuh di secarik kertas
yang ia sendiri tak mengerti
pada syair di peti mati
hanya ayat-ayat mengiringi
dari sudut bibir kekasih
sembari membelai
seiring detak berjalan waktu
dan entah mengapa begitu
Sungguh
ini pelupuk menjadi pilu.
Andai saja penyair dapat mendengarnya
betapa kekasih membaca
meski tak tahu makna
dari tinta di ujung kematian duka
dan akan terkubur lelap
di bawah tanah gelap
bersama sajak penyair mati.
No comments: