Oleh: Semuel Radja Pono, S.Pd Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri Nunbena, Kab. Timor Tengah Selatan |
Dalam kehidupan manusia percakapan atau obrolan merupakan sebuah rutinitas yang selalu dilakukan oleh setiap orang. Pada saat dan waktu apapun obrolan selalu dilakukan oleh setiap orang, baik itu pagi hari, siang hari, sore hari maupun di malam hari. Obrolan pun tak pandang terjadi dimana orang itu berada, baik itu di rumah, tempat kerja bahkan di lingkungan masyarakat sekitar. Karena seringnya obrolan itu dilakukan oleh setiap orang maka tak jarang obrolan sering kali dijadikan sebagai wahana mencari persamaan pola pandang setiap orang dalam lingkungan masyarakat.
Hal ini dapat dilihat dari perilaku kehidupan masyarakat pada umumnya, bukan Cuma dalam lingkungan masyarakat kota tapi berlaku juga pada masyarakat pedesaan. Dimana obrolan selalu dilakukan oleh setiap masyarakat setelah menyelesikan berbagai macam aktifitas. Obrolan atau percakapan dianggap sebagai wahana refresing diri untuk melepas lelah setelah bekerja. Ini semua dilakukan hanya untuk mencapai satu pemahaman hidup yaitu rekreasi singkat tampa mengeluarkan anggaran dan biaya yang berlebihan.
x
Bagi Sebagian besar masyarakat bahkan hampir seluruh masyarakat dunia melakukan hal ini. Tetapi ada satu bentuk kegiatan obrolan yang hanya sering dilakukan oleh segelintir orang, yang terkadang orang tersebut juga tidak menyadarai akan apa yang sedang ia lakukan adalah bentuk percakapkan atau obrolan. Hal ini adalah obrolan yang dilakukan oleh mereka yang tidak secara langsung melakukan obrolan secara tatap muka, melainkan menggunakan media tulisan sebagai bentuk obrolan.
Dalam hal ini dapat kita pahami bahwa membaca juga merupakan suata bentuk obrolan secara tidak langsung antara seseorang dengan orang lain. Dimana penulis merupakan orang yang menyampaikan ide atau dengan kata lain pembicara dan pembaca merupakan orang yang menerima ide atau dengan kata lain pendengar. Maka hal ini dapat kita kategorikan dalam bentuk obrolan walaupun secara tidak langsung.
Dalam perkembangan kehidupan manusia pada umumnya kegiatan membaca hanya dilakukan oleh orang-orang yang menganggap bahwa membaca merupakan sebuah kebutuhan akademik untuk mencari berbagai referensi demi menambahkan pemahaman nya terhadap bidang keilmian tertentu. Tampa di sadari bahwa apa yang selama ini dilakuakn oleh Sebagian besar masyarakat intelektual dengan kegiatan membaca, merupakan sebuah percakapan atau obrolan tampa sadar yang sering dilakukan demi mendapatkan berbagai macam manfaat.
Dengan sistem obrolan ini (membaca) kita mendapatkan berbagai macam manfaat yang sama dengan melakukan obrolan secara langsung. Contohnya dengan membaca seseorang dapat memahami ide-ide baru yang disampaikan oleh penulis dalam bacaan yang dibaca, selain itu dengan membaca seseorang juga mengalami rekreasi alam bawa sadar ketempat-tempat yang belum pernah dikunjungi atau hal-hal baru yang belum pernah ia tahu, dan yang lebih mengagungkan dengan membaca seseorang dapat menambah pemahaman nya dalam pengusaan pola bahasa yang lebih beragam. Hal ini sama dengan tujuan percakapan pada umumnya, dimana dalam bercakap orang akan menemukan ide-ide baru dalam percakapan. Selai itu dengan obrolan kita juga bisa melakuakn refresing pikiran dari beban-beban pekerjaan yang kita laukan, serta masih banyak lagi manfaat yang dapat kita temukan melalui membaca.
Dalam konteks pendidikan sekarang ini, membaca merupakan sebuah keharusan yang ditetapkan oleh pemerintah, dengan tujuan meningkatkan pola pemahaman masyarakat dengan menerapkan kegiatan gemar membaca. Program ini dikenal dengan program “LITERASI”. Pemerintah menghimbau semua lembaga pendidikan wajib menjalankan program tersebut, hal ini dilakukan dengan memasukan literasi sebagai bagian dasar dalam Kurikulum Pendidikan masa kini, dengan kurikulum ini setiap siswa wajib melakukan literasi (membaca) 15 menit sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Tujuannya yaitu apabila semua masyarakat yang di mulai dari dunia Pendidikan melakukan kegiatan membaca secara rutin, maka tingkat pemahaman masyarakat akan sepadan sehingga dapat meningkatkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas siap saing di abad ke-21 ini.
Apa yang dilakukan pemerintah adalah langkah awal yang tepat demi tidak terjadinya keterpurukan pola pikir masyarakat di jaman yang penuh dengan persaingan ini. Akan tetapi ironi nya hal tersebut tidak di singkapi secara cermat oleh sebagian besara masyarakat pendidikan, terkususnya yang berada di daerah pedesaan. Ini semua dilandasi dengan berbagai alasan majemuk, yang dilandaskan pada keterbelakangan sesuai dengan keadaan geografis suatu tempat. Hal inilah yang menjadi boomerang terbesar dalam memajukan pola pikir masyarakat dengan sitem membaca sebagai bentuk dari obrolan intelektual.
Selain itu kurangnya kesadaran masyarakat pendidikan terhadap pentingnya kegiatan literasi yang di sarankan pemerintah dalam rangka pengembangan pola piker menjadi landasan menurunnya kualitas pola pikir masyarakat terkususnya masyarakat pendidikan. Hal ini dikarenakan masi banyak masyarakat pendidikan yang menganggap membaca hanya sebagai bentuk pencaraian ilmu dalam sebuah bidang keilmu, dengan menggunakan buku sebagai media pencapaian tujuan. Akan tetapi, apabila setiap masyarakat pendidikan lebih kompleks dalam memandang bahwa membaca merupakan sebuah bentuk obrolan yang menyenangkan antara dirinya dengan penulis, mka pemahaman sempit tentang membaca yang menciptakan nuansa kejenuhan akan sirna. Dengan hal tersebut maka membangun karakter minat baca setiap masyarakat pendidikan akan tinggi, dan dengan itu maka apa yang diharapkan oleh pemerintah dengan mengedepankan budaya baca sebagai jendela menuju kemajuan pola pikir akan berjalan sesuai denga apa yang diharapkan.
Oleh sebab itu, dalam mengembangkan pemahaman banyak orang tentang pentingnya membaca, perlu dirubahnya persepsi masyarakat terutama masyarakat pendidikan, bahwa membaca merupakan sebuah bentuk obrolan yang menyenangkan antara pembaca dan penulis. Sehingga bentuk kesadaran membaca akan membias bagi banyak orang, bukan hanya bagi masyarakat pendidikan tetapi juga bisa menjadi bagian dari masyarakat umum. Karena apabila semua masyarakat sudah sadar tentang penting nya membaca, maka pengembangan pola pikir yang merata menjadai pemicu pengembangan karakter masyarakat yang lebih kuat dan disiplin dalam pengembangan pola hidup yang moderen, kreatif serta inofatif dalam pergolakan kehidupan abad ke-21.
No comments: