 |
| Timnas Maroko |
Piala Dunia Qatar akan usai sebentar(18 Desember 2022). Tapi Maroko sudah mentahbiskan diri menjadi juara 4 dalam turnamen paling bergengsi sejagad-raya ini setelah mengakui keunggulan materi pemain kroasia dalam pertandingan semalam.
Maroko yang mempersembahkan segala yang dipunyai di babak ini, harus menelan kekalahan yang tragis di kompetisi yang mana mata seluruh dunia sedang tertuju pada kompetisi ini. Doa untuk keruntuhan Maroko sudah mengalun lembut sejak fase grup hingga perdelapanfinal (tak perlu di uraikan di sini). Namun Maroko bergeming. Pantang tunduk pada asumsi dan prediksi.
Asumsi dan prediksi adalah mainan kapitalis untuk menggiring opini publik pada kebenaran semu. Media dan mafia pemilik modal adalah kawin silang sempurna untuk melahirkan para jawara. Jawara yang sejatinya adalah brand ambasador bagi kelanggengan bisnis segelintir manusia dengan kedok paling mulia dimuka bumi.
Maroko bisa jadi bukan sesuatu diluar skema bisnis penghisapan materi yang dilakukan segelintir pemilik modal yang menguasai media di era digital pada gelora keinginan bebas dari setiap insan yang telah dan atau merasa tertindas dengan segala bentuk penindasan terstruktur yang dialami.
Kehadiran Maroko di semi-final piala Dunia kali ini bagi saya adalah bagian dari cakar paling efisien untuk tetap mengungkung kesadaran akan kemandirian dalam suatu sistem yang matang dan sarat abiguitas kepentingan, apalagi politik dan bisnis.
Pada akhirnya, sejarah tetap mencatat bahwa hanya para pemenang yang memiliki hak memperoleh bintang. Bintang merupakan legitimasi kedigdayaan yang akan memperkokoh penindasan terhadap segala sumber daya yang dimiliki individu maupun golongan.
Maroko dengan kerja kerasnya tetap tak akan dipandang setelah sebentar sang jawara ditahbiskan. Maka yang bercahaya sebagai bintang tetap akan tenggelam ditengah malam yang memeluk ribuan bintang.
Maroko adalah perlawanan dan kematian.
Salam.
Editor : Thomas Edison/SP
No comments: