Di pagi yang teduh
Angin kembali menderu
Ranting-ranting kering terkulai
Berjatuhan bak sedang bernyanyi
Seakan menghadirkan lagu mengusir sepi
Bu
Salam rindu
Rindu yang tak pernah memiliki waktu untuk berhenti meski hanya dalam waktu sedetik.
Rindu yang selalu berisik dan tak pernah diam di satu situasi
Bu
Pagi-pagi sekali
Siulan burung membangunkan kembali memori
Saat kemarin kembali menulis puisi
Wajah ibu kembali menghampiri diri
Sedang apa Ibu di sana?
Biasanya sudah kembali dari tungku api
Ibu masak apa hari ini
Aku sedang merindukan masakan dan Kopi buatan tanganmu
Bu
Di dekat tungku api
Aku mencoba mengakrabi sepi
Dengan suara Kayu yang habis terbakar ini
Bu
Ajari aku agar, tak menjadi candu
Pada tungku api
Agar aku siap diri
Jika suatu hari nanti jauh dari pelukan ibu
Maumere, 2022 ^Catatan di Ujung Pena^
No comments: