Modernisasi mentransformasikan tatanan kehidupan sosial dari situasi yang kurang berkembang ke arah yang lebih baik. Proses perubahannya tampak dalam norma sosial, nilai sosial bahkan perilaku sosial. Tujuannya untuk menciptakan masyarakat yang makmur, berkualitas dan damai. Tak heran jika berbagai segi kehidupan mengalami progresifitas. Dalam sistim ekonomi misalnya, sekarang orang dimudahkan bertransaksi secara online. Dalam sistem sosial pun orang mudah berinteraksi. Dalam dunia politik juga mengalami perubahan dengan adanya sistim demokrasi. Bidang pendidikan sekarang tidak lagi terpaku pada buku melainkan ada begitu banyak media untuk bisa belajar; dan juga salah satunya adalah kemajuan Teknologi, seperti alat-alat kesehatan yang canggih. Dalam dunia pertanian orang mengolah sawah atau ladang, tidak lagi menggunakan peralatan tradisional melainkan peralatan yang lebih moderen seperti traktor, dan segala macam mesin lainnya. Tetapi hadirnya modernisasi, khususnya dalam teknologi juga memiliki dampak negatif. Ada begitu banyak kejahatan kemanusiaan akibat kurangngnya lapangan pekerjaan, mesin-mesin hasil racikan manusia menimbulkan pemanasan global yang berkepanjangan, yang berimbas pada alam. Hilangnya relasi atau kepedulian antar masyarakat ataupun antar individu, bahkan sampai pada kejahatan teknologi yang saat ini lagi gencar terjadi yakni kejahatan di dunia maya.
Dampak di atas jika tidak disikapi, perlahan-lahan bisa mereduksi nilai-nilai kehidupan yang telah ada di masyarakat. Awalnya berdiri sebagai makhluk sosial yang senaniasa membutuhkan orang lain, pada akhirnya karna sikap individualitas yang memfokuskan diri pada teknologi, terjadilah kesenjangan sosial dan bahkan bisa muncul stratifikasi sosial dalam dunia kerja, di mana mulai muncul perbedaan posisi sosial dan individu dalam masyarakat secara hierarkis. Stratifikasi sosial inilah yang menciptakan konflik antarkelas sosial, disebabkan keinginan untuk menguasai kelompok sosial lain, dengan motif negatif yakni memenuhi egonya untuk meraup keuntungan, kekayaan, kekuasaan dan pendidikan dari strata sosial lain dengan cara yang tidak wajar atau pemaksaan. Makanya ada semacam pemberontakan dalam dunia kerja dari kelompok sosial yang paling rendah terhadap kelompok sosial yang paling atas karena perlakuan tidak adil atas mereka. Para pemilik lahan tentu saja memiliki kedudukan di lapisan paling atas, dan para buruh mendapat kedudukan di bagian yang paling bawah. Oleh karena itu perlakuan sewenang-wenang para memilik lahan terhadap pekerjanya dijadikan semacam suatu kebiasaan yang normal adanya, padahal disitulah terjadi kesenjangan sosial dan berimbas pada sikap mendestruksi martabat diri para pekerja. Kesenjangan sosial ini muncul karena terkadang para buruh tidak menerima hasil yang sesuai dengan kesepakatan bersama pemilik lahan atau modal; atau karena perbedaan hasil pendapatan yang diterima oleh pemilik modal dan pekerjanya. Dari sini lahir ketidakharmonisan dalam suatu tatanan kehidupan masyarakat. Hidup tidak lagi menghargai kemampuan antara satu dengan yang lain tetapi hidup diatas kalkulasi, siapa yang lebih kuat dan siapa yang lemah. ****
Dampak negatif yang paling dirasakan oleh para buruh, terutama yang menempati lapisan paling bawah adalah soal peran dan fungsi pekerja, yang kedua berdampak pada pribadi pekerja itu sendiri. Para pekerja yang menempati golongan menengah atau bawah, akan mendapat cibiran dan tidak dihargai oleh kalangan elit sekitarnya. Sehingga golongan yang satu dianggap baik dan golongan lain dianggap kurang baik. Golongan yang dianggap kurang baik akan berusaha untuk mengasingkan diri dan membentuk kelompok-kelompok kecil, agar dapat terpisah dari lingkungan elit tersebut, sehingga kehidupannya tidak diganggu oleh orang lain di sekitar yang tidak memiliki kedudukan yang sama dengannya dalam dunia kerja. Sedangkan bagi mereka yang memiliki kedudukan yang tinggi, mereka pun dengan sendirinya akan membentuk suatu kelompok yang seringkali kita kenal sebgai kalangan elit.
Sedangkan dampak yang timbul bagi pekerja itu sendiri adalah ia merasa minder untuk bergabung dengan sesamanya yang notabene memiliki pekerjaan tetap dan mapan, gaji yang berkecukupan. Sehingg individu tersebut merasa tidak percaya diri ketika akan tampil di depan umum. Yang mana dengan keadaan seperti ini, maka peran dan fungsinya dalam masyarakat seringkali tidak dijalankan dengan baik, sebab ketika akan melakukan sesuatu ia sendiri tidak percaya diri, maka akan ada kemungkinan untuk cepat menghindar agar tidak mendapat pandangan yang kurang bersahabat dan cibiran dari masyarakat sekitarnya. Atau singkatnya dengan menerima atau mengalami keadaan yang demikian, kehidupannya di dalam masyarakat menjadi intropert atau tertutup bagi lingkungan luar. Sebab baginya kehadiran dunia luar hanya akan mengganggu tatanan hidup yang telah dia bangun untuk kehidupannya dan atau kelompoknya. Karena itu dengan adanya stratifikasi sosial ini, maka akan terciptanya suatu kelompok baru dalam masyarakat dan melemahnya peranan dan fungsi para pekerja yang tergolong kelas menengah dan kelas bawah dalam masyarakat.
Strafikisai sosial semacam ini ditegaskan oleh Jhon serzan. Ia begitu menentang adanya stratifikasi sosial dalam masyaraka. Bagi Zerzan memunculnya stratifikasi sosial menimbulkan begitu banyak kesenjangan sosial dalam masyarakat. Munculnya kesenjangan sosial dalam masyarakat ini, menyebabkan masyarakat hidup bukan lagi dalam suasana yang damai, namun mereka hidup dengan banyak perhitungan, dan saling mengukur kemampuan satu sama lain. Stratifikasi sosial ini umumnya memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat terutama bagi kaum proletar. Hal ini dapat kita lihat pada fenomena saat ini. Banyak karyawan yang menjadi korban akibat kekerasan yang dilakukan oleh para pemilik modal, manager, atau majikan.
Dari sisi obyektifitas, stratifikasi sosial ini merupakan dampak dari modernisasi teknologi yang sangat pesat di dalam masyarakat. Bagi para pemilik saham yang mempunyai modal yang banyak, maka ia akan dengan mudah memperoleh barang-barang teknologi yang memampukan ia untuk mengolah semua usahanya secara baik. Sedangkan bagi orang yang tidak memiliki modal yang cukup, maka akan terasa sulit untuk menemukan dan memiliki barang-barang teknologi yang canggih. Karena tidak memiliki peralatan teknologi yang canggih, maka pengolahannya akan mandek, konsekuensi yang diterima adalah gulung tikar, karena, tidak mampu bersaing dengan usaha-usaha yang menggunakan teknologi modern tersebut. Dengan adanya kejadian ini, maka kesenjangan sosial dalam masyarakat mulai muncul dan terus muncul secara perlahan-lahan.
Oleh sebab itu, untuk dapat menghindarai penstratifikasian sosial dalam masyarakat ini, cara yang palin tepat adalah perlu adanya transparansi terhadap perbedaan kedudukan itu, termasuk unsur-unur kepentingan serta peran-peran dari masing-masing kedudukan. Menolak dan mengurangi penggunaan teknologi modern saat ini, dan mencoba untuk kembali ke keadaan primitif, yang mana kehidupan masih dijalankan secara sederhana. Sebab hanya dengan cara demikian kita dapat menghilangkan kesenjangan sosial dalam masyarakat. Dan jika kesenjangan sosial dalam masyarakat telah dihilangkan, maka akan mencapai kesetaraan sosial dan membangun masyarakat yang egaliter, adil, sejahtera dan berkelanjutan.
Editor : Thomas Edison/SP
No comments: